"Sepatu merah yang emosional"
Kujalani hari ini dengan berat,.
pagi itu, ku tarik sarung untuk membungkus badan yang kedinginan karena suhu udara dimusim kemarau cukup menusuk dan menembus dinding bagian kulit terluar hingga merambat kedalam tulang secara perlahan.
Sulit bagiku untuk bagungkan badan ini, hingga jam menunjukkan pukul 6.40 waktu setempat, kembali ku bergegas dari tempat tidur tuk menuju kamar mandi. Pagi itu ada jadwal mengajar di sekolah salah satu sekolah kejuruan yg jaraknya lumayan jauh dari tempatku bermukim.
Seperti biasanya kesibukan di pagi hari yg selalu berulang ulang ku jalani tanpa adanya schedjul atau perencanaan selain dari ngajar. Rutinitas pagiku yg kian hari kujalani mulai dr mandi hingga pakaian dan berangkat kesekolah dengan mengendarai kendaraan butut yg sudah lama menemaniku.. yah cukup lama.
Pukul 7.29. Tiba di sekolah di sambut hangat pintu gerbang yg sudah menyambut lebih dulu beberapa siswa dan beberapa tenaga mengajar dan tenaga pendidik lainnya. Kuparkir kendaraan roda dua yg selalu menemaniku itu dibawah pohon buah nangkah yg cukup rindam. Dan kembali beberapa siswa menyapa kehadiran ku pagi itu,.
"Pagi pak' .. beberapa org yg ku temui pagi itu kuberikan senyum terbaik menyambut hangatnya semngat ku untuk melakukan aktifitas.
"Assalamu alaikum wr.wb, ku ucapkan saat memasuki RPS ( Yah sebuah kantor buat kami para guru). Dan beberapa guru lainnya telah melakukan percakapan yg tak ku sengaja mendengarnya hingga kurasa bahwa pembahasannya harus ku jalani.. yup aturan tata tertib sekolah yg harus di jalani untuk membuat para siswa kembali mengikuti aturan sekolah yg telah dilanggarnya.
Dengan instruksi dari kaprodi, maka dengan semangatnya ku jalani perintah itu.. mulailah mata ini melirik ke siswa satu persatu yg sedang melakukan aktifitasnya,.
Kudapati seorg siswa yg sudah beberapa kali ku tegur untuk tidak menggunakan sepatu itu lagi, dan mereka selalu melakukannya hingga ku beranikan dri untuk melakukan tindakan dengan melepas sepatu yg di kenakannya..
Awalnya, memelas dri untuk tidak menggunakan nya lgi dan berusaha menggantinya besok,. Namun dengan pendirian yg kuat, telah berkali kali teguran ku lontarakan terasa di hiraukan. Ku panggil namanya berkali kali hingga ia menjauh... namun sikapnya yg emosional tiba2 terlontar di bibirnya " di pakasirikma pak", sambil melempar kedua sepatunya ke arah tepat kuberdiri. Kupandangi wajahnya yg emosional dan di bagian pinggiran mata yg cukup berkaca-kaca yg seolah bentar lagi suatu cairan yg keluar tak terbendung.. siswa laki2 itu mampu menahan air matanya di tengah kumpulan para siswa lainnya.
Kekecewaan yg di lontarkan kepadaku hingga pembelajaran selesai. Seakan ku tanggung rasa bersalah yg amat mendalam.. tak semestinya kulakukan itu di depan para siswa, sebab rasa malu yg di tanggungnya dan di tontong banyak org yg ku jadikan sebagai contoh tuk mengikuti aturan sekolah, tak membuahkan hasil yg ku inginkan.. yah psikologisnya bisasaja terganggu akibat yg kulakukan padanya..
Pukul 4.00 sore, masih terbyang rasa bersalahku padanya.. dan saya memutuskan untuk pulang, agar dpt beristirahat dan melupakan kejadian hari ini. Rasa ini pun tak dapat ku tutupi hingga larut malam pukul 10.00 ku buatlah catatan ini sebagai bahan tulisan, yang dapat kubaca kembali sebagai intropeksi diri kedepannya sebalum melakukan sebuah tindakan.
Sekian hari ini ceritanya, jika ada waktu tuk ku ulang kembali maka saya akan mempertimbangkan tindakan tadi dan mencari solusi terbaik untuk tidak lagi melakukanya dan mempermalukannya didepan para siswa..
Hari ini adalah tahap pembelajaran yg sangat berarti, yg tak kudapat dri buku maupun di bangku sekolah,. Karena pengalaman seperti ini langsun dirasakan pada diri sendiri.
Sekian wassalam.